Pagi yang terbuat dari secercah cahaya
Pagi yang terbuat dr seengok asa
Yang walaupun tak digubris tetap saja menyapa
Yang walaupun tak diharap tetap saja ada
Seperti embun di dedaunan
muncul beserta hawa dingin
Tak peduli akan itu
Meskipun hanya berupa titik yang jenuh
Ku buka jendela kamarku
Jendela yang sama dengan kemarin
Kudapati embun itu
Diantara dedaunan hijau yang menguning
Hati ini bertanya, kapan embun ini tak lagi ada?
Tak lelahkan ada di tiap paginya?
Sedang menertawakankan hidupku yang ada?
Atau memang begini adanya embun ada?
Dan kemudian ku berfikir
Setitik embun pagi saja tetap hadir
Dipagi yang masih dingin menemani fajar
menunggu datangnya matahari berpijar
Bukankan setitik embun itu tak pernah lelah?
Pekat malam tlah berganti pagi cerah
Mimpi tlah berganti kenyataan yang harus dijalani
Walaupun pahit dan tersakiti
Embun itu sekali lagi seperti sedang menertawakan hidupku
Atau perasaanku saja merasa dipermainkan hidup itu
Apa yang kudapat dengan setitik embun pagi
Embun pagi penyejuk dedaunan
Pemberi harapan baru untuk yang tersakiti
Untuk hidupku teman
No comments:
Post a Comment